Semogavideo ink bermanfat bagi seluru alam.Harapan kami semoga kita termasuk murid murid beliau.Jgn lupa like and subscribe
Biografi KH. Abdullah Faqih, Sang Kiai Langitan Abdullah Faqih lahir di Widang, Tuban, 2 Mei 1932 – wafat di Widang, Tuban, 29 Februari 2012 pada umur 79 tahun adalah seorang kiai atau Ulama yang berpengaruh serta pengasuh Pondok Pesantren Langitan. Kiai Faqih lahir di Dusun Mandungan Desa Widang, Tuban. Saat kecil ia lebih banyak belajar kepada ayahandanya sendiri, KH Rofi’i Zahid, di Pesantren Langitan. Ketika besar ia nyantri pada Mbah Abdur Rochim di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Tapi tidak lama. Sebagaimana para kiai tempo dulu, Faqih juga pernah tinggal di Makkah, Arab Saudi. Di sana ia belajar kepada Sayid Alwi bin Abbas Al-Maliki, ayahnya Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Rupanya selama di Arab Saudi Faqih punya hubungan khusus dengan Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Buktinya, setiap kali tokoh yang amat dihormati kalangan kiai di NU itu berkunjung ke Indonesia, selalu mampir ke Pesantren Langitan. “Sudah 5 kali Sayid Muhammad ke sini,” tambah salah seorang pengurus Langitan. Pesantren Langitan memang termasuk pesantren tua di Jawa Timur. Didirikan l852 oleh KH Muhammad Nur, asal Desa Tuyuban, Rembang, Langitan dikenal sebagai pesantren ilmu alat. Para generasi pertama NU pernah belajar di pesantren yang terletak di tepi Bengawan Solo yang melintasi Desa Widang dekat Babat Lamongan ini. Antara lain KH Muhammad Cholil Bangkalan, KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Syamsul Arifin ayahnya KH As’ad Syamsul Arifin, dan KH Shiddiq ayahnya KH Ahmad Shiddiq. Kiai Faqih generasi kelima memimpin Pesantren Langitan sejak l971, menggantikan KH Abdul Hadi Zahid yang meninggal dunia karena usia lanjut. Kiai Faqih didampingi KH Ahmad Marzuki Zahid, yang juga pamannya. Di mata para santrinya, Kiai Faqih adalah tokoh yang sederhana, istiqomah dan alim. Ia tak hanya pandai mengajar, melainkan menjadi teladan seluruh santri. Dalam shalat lima waktu misalnya, ia selalu memimpin berjamaah. Demikian pula dalam hal kebersihan. “Tak jarang beliau mencincingkan sarungnya, membersihkan sendiri daun jambu di halaman,” tutur Choirie yang pernah menjadi santri Langitan selama 7 tahun. Meski tetap mempertahankan ke-salaf-annya, pada era Kiai Faqih inilah Pesantren Langitan lebih terbuka. Misalnya, ia mendirikan Pusat Pelatihan Bahasa Arab, kursus komputer, mendirikan Taman Kanak-Kanak TK dan Taman Pendidikan Al-Qur’an TPA. Dalam hal penggalian dana, ia membentuk Badan Usaha Milik Pondok berupa toko induk, kantin, dan wartel. Lebih dari itu lagi, ayah 12 orang anak buah perkawinannya dengan Hj Hunainah ini juga mengarahkan pesantrennya agar lebih dekat dengan masyarakat. Di antaranya ia mengirim da’i ke daerah-daerah sulit di Jawa Timur dan luar Jawa. Setiap Jum’at ia juga menginstruksikan para santrinya shalat Jum’at di kampung-kampung. Lalu membuka pengajian umum di pesantren yang diikuti masyarakat luas. Dalam hubungan dengan pemerintah Orde Baru, Kiai Faqih sangat hati-hati. Meski tetap menjaga hubungan baik, ia tidak mau terlalu dekat dengan penguasa, apalagi menengadahkan tangan minta bantuan, sekalipun untuk kepentingan pesantrennya. Bahkan, tak jarang, ia menolak bantuan pejabat atau siapapun, bila ia melihat di balik bantuan itu ada `maunya’. Mungkin, karena inilah perkembangan pembangunan fisik Langitan termasuk biasa-biasa saja. Moeslimin Nasoetion, saat menjabat Menteri Kehutanan dan Perkebunan dan berkunjung ke Langitan pernah berucap, “Saya heran melihat sosok Kiai Abdullah Faqih. Kenapa tidak mau membangun rumah dan pondoknya? Padahal, jika mau, tidak sedikit yang mau memberikan sumbangan.” Tetapi bila terpaksa menerima, ini masih kata Effendy Choirie, bantuan itu akan dimanfaatkan fasilitas umum di mana masyarakat juga turut menikmatinya. Kiai Faqih, kata Choirie, juga tak pernah mengundang para pejabat bila pesantrennya atau dirinya punya hajat. “Tetapi kalau didatangi, beliau akan menerima dengan tangan terbuka,” tambah Choirie yang pernah menggeluti profesi wartawan ini. Di mata anggota DPR ini, Kiai Faqih adalah sosok yang berpikir jernih dan sangat hati-hati dalam setiap hendak melangkah atau mengambil keputusan. Pernah pada suatu kesempatan, Gus Dur ingin sowan menghadap ke Langitan. Demi menghindari munculnya spekulasi yang macam-macam, apalagi saat itu menjelang pemilihan presiden, Kiai Faqih menolak. Justru dialah yang menemui Gus Dur di Jombang, saat Gus Dur berziarah ke makam kakeknya.
Tag makam KH. Abdullah Faqih. Menjelang Liburan, Para Santri Ziarah Ke Makam Masyayikh. by admin | May 29, 2015 | Langituna | 0 | Menjelang liburan nishfu Sya'ban, para santri putra Pondok Pesantren Langitan bersama-sama Read More. Pembangunan Makam Syaikhina Menjelang Haul Ke 42.

Silsilah merupakan salah satu warisan spiritual yang ditinggalkan oleh para ulama besar. Sebuah warisan yang begitu berharga dan harus dijaga keberlangsungannya oleh para pengikutnya. Salah satu silsilah terkemuka di Indonesia adalah Silsilah KH Abdullah Faqih Langitan. Bagi masyarakat Jawa Timur, nama Langitan sudah tidak asing lagi. Terutama bagi mereka yang berada di daerah Trenggalek, Tulungagung, dan Blitar. Langitan merupakan salah satu lokasi pesantren tertua di Jawa Timur. Selain itu, Langitan juga terkenal sebagai tempat bermukimnya para ulama besar. KH Abdullah Faqih Langitan merupakan salah satu ulama besar yang berasal dari Langitan. Beliau lahir pada tahun 1911 dan wafat pada tahun 2006. Sejak kecil, KH Abdullah Faqih Langitan sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia spiritual. Beliau banyak belajar agama Islam dari ayahnya, KH Muhyiddin, yang juga seorang ulama besar. Beliau juga banyak belajar dari para ulama besar di Langitan seperti KH Abdul Karim dan KH Kholil Bangkalan. Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren Langitan, KH Abdullah Faqih Langitan kemudian pergi menuntut ilmu ke luar kota. Beliau belajar di pesantren-pesantren terkemuka seperti Gontor, Makkah, dan Madinah. Di Makkah, beliau belajar tafsir dan hadis dari ulama-ulama terkemuka seperti Syekh Mahmud Syaltut dan Syekh Mustafa al-Maraghi. Sementara di Madinah, beliau belajar dari ulama-ulama terkemuka seperti Syekh Muhammad al-Amin al-Syinqiti dan Syekh Muhammad al-Banna al-Attas. Setelah menyelesaikan pendidikannya di luar kota, KH Abdullah Faqih Langitan kemudian kembali ke Langitan dan memulai karir sebagai seorang ulama. Beliau menjadi pengasuh pesantren Langitan dan juga menjadi Imam Masjid Agung Langitan. Selain itu, beliau juga menjadi pengajar di beberapa pesantren terkemuka di Jawa Timur. Karya Ulama Besar Langitan Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Langitan merupakan salah satu lokasi pesantren tertua di Jawa Timur. Selain itu, Langitan juga terkenal sebagai tempat bermukimnya para ulama besar. Beberapa ulama besar yang berasal dari Langitan antara lain KH Muhyiddin KH Abdul Karim KH Kholil Bangkalan KH Abdullah Faqih Langitan KH Abdul Ghofur KH Abdul Hamid KH Mahrus Ali Para ulama besar ini memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan agama Islam di Indonesia. Mereka tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga mengembangkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar mereka. Pesantren Langitan Pesantren Langitan merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur. Pesantren ini didirikan oleh KH Muhyiddin pada tahun 1852. Pesantren Langitan dikelola oleh keluarga KH Muhyiddin dan sekarang sudah memasuki generasi ke-6. Pesantren Langitan memiliki banyak murid dan pengikut dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, pesantren ini juga terkenal sebagai pusat pengembangan seni tradisional Jawa Timur seperti tari, wayang, dan gamelan. Kesimpulan Silsilah KH Abdullah Faqih Langitan merupakan salah satu warisan spiritual yang perlu dijaga keberlangsungannya oleh para pengikutnya. KH Abdullah Faqih Langitan merupakan salah satu ulama besar yang berasal dari Langitan dan memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan agama Islam di Indonesia. Selain itu, Langitan juga terkenal sebagai tempat bermukimnya para ulama besar seperti KH Muhyiddin, KH Abdul Karim, dan KH Kholil Bangkalan. Pesantren Langitan merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur dan memiliki banyak murid dan pengikut dari berbagai daerah di Indonesia.

KHAnwar Zahid mulai menuntut ilmu agama pertama kali pada akhir tahun 1998 di pondok pesantren Langitan Tuban asuhan KH 'Abdullah Faqih. Dimasa mudanya ia habiskan untuk mengaji ilmu agama baik itu ilmu Fiqih, tasawuf maupun ilmu Al-Qur'an.
JAKARTA - Pesantren Langitan memang termasuk pesantren tua di Jawa Timur. Pesantren ini didirikan 1852 oleh KH Muhammad Nur, asal Desa Tuyuban, Rembang, Langitan. Para generasi pertama NU pernah belajar di pesantren ini, seperti KH Muhammad Cholil Bangkalan, KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Syamsul Arifin yang merupakan ayah KH As’ad Syamsul Arifin, dan KH Abdullah Faqih merupakan generasi kelima pengasuh Pesantren Langitan sejak 1971. Beliau menggantikan KH Abdul Hadi Zahid yang meninggal dunia karena faktor usia. Dalam memimpin pesantren, Kiai Faqih saat itu masih didampingi KH Ahmad Marzuki Zahid, yang juga pamannya. Pondok Pesantren Langitan itu berada di bawah jembatan jalan raya Babat Lamongan jurusan Tuban, Jawa Timur, tepatnya di Desa Widang. Meski tetap mempertahankan kesalafannya, pada era Kiai Faqih inilah Pesantren Langitan lebih terbuka dan maju. Misalnya, ia mendirikan Pusat Pelatihan Bahasa Arab, kursus komputer, mendirikan Taman Kanak-Kanak TK dan Taman Pendidikan Al-Qur’an TPA.Berdasarkan berbagai sumber, Kiai Faqih juga membentuk Badan Usaha Milik Pondok berupa toko induk, kantin, dan wartel. Selain itu, Kiai Fakih juga mengarahkan pesantrennya agar lebih dekat dengan masyarakat. Di antaranya, beliau mengirimkan dai ke daerah-daerah sulit di Jawa Timur dan luar Jawa. Setiap Jum’at, Kiai Fakih juga menginstruksikan para santrinya untuk shalat Jum’at di kampung-kampung. Bahkan, Kiai Fakih membuka pengajian umum di pesantren yang diikuti masyarakat umum."Pesantren waktu dipimpin Kiai Faqih sangat pesat sekali perkembangannya. Dan santri itu snagat tunduk sekali pada beliau. Karena beliau sangat kharismatik dan tidak membeda-bedakan," kata Gus salah satu dawuhnya, Kiai Faqih mengungkapkan bahwa ada empat hal yang bisa menyelamatkan seseorang di dunia, yaitu suka memaafkan orang lain, tidak suka membodohi atau menyakiti orang lain, tidak suka mengharap pemberian orang lain, dan suka memberi kepada orang lain. AbdullahFaqih dan Hj. Tswaibah. Dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1947 Masehi atau lebih tepatnya tanggal 18 Shafar 1367 Hijriyah. Yai Buhin merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Beliau tinggal di sebuah desa kecil, yaitu Suci, Manyar, Gresik. Sejak kecil, orang tuanya selalu mengajarkan kesederhanaan dalam hidup.
SheStars Updated On July 19, 2021 Who Is Silsila Alikhil? Afghan ambassador to Pakistan, Najibullah Alikhil’s daughter, Silsila Alikhil was abducted and was severely tortured for several hours on Friday. She is currently under medical care. The Afghan foreign ministry said in their statement that Silsila Alikhil, daughter of the Afghan ambassador in Pakistan Najibullah Alikhil was severely tortured for several hours by unknown individuals on her way home. The foreign ministry of Afghanistan said it “strongly condemns this heinous act and expresses its deep concern over the safety and security of diplomats, their families, and staff members of the Afghan political and consular missions in Pakistan.” The ministry further added, “While the Afghan ministry of foreign affairs is following the matter with the ministry of foreign affairs of Pakistan, we urge the Pakistani government to identify and prosecute the perpetrators at the soonest time possible.” Pakistan’s ambassador Mansoor Ahmad Khan was summoned by the Afghan foreign ministry on Saturday afternoon. They lodged a strong protest about the “grave incident.” The foreign minister of Afghanistan expressed his concern when Pakistan interior minister Sheikh Rashid Ahmed claimed that India’s spy agency was involved in the abduction of the Afghan envoy’s daughter in Islamabad. He further added that such “unprofessional remarks” could hamper their bilateral relations. What Happened To Silsila Alikhil? According to reports, Silsila Alikhil is in hospital under medical care after being released by the abductors. She has swellings over several parts of her body. She was abducted on Friday when she was on her way home. More news from Pakistan Taliban has demanded a list of girls who are above 15 years of age and windows who are under 45 years for their fighters. They have said that the girls would be taken to Waziristan in Pakistan and converted to Islam. They will further be reintegrated and married off to their fighters. Taliban’s Cultural Commission said in a letter demanding girls to be married to their fighters, ” All imams and mullahs in captured areas should provide the Taliban with a list of girls above 15 and widows under 45 to be married to Taliban fighters.” The terrorist organisation has also set dowry regulations for girls. According to reports, in Afghanistan’s northeastern province of Takhar, men were asked to grow beards, women were stopped from going out without male escorts and also denied education.
KHAbdullah Faqih, Langitan, Tuban KH Maimun Zubair. KH Alawi Muhammad Pon Pes Attaroqqi Karongan Madura Yang setiap Tahun Mengadakan Haul Untuk Beliau Syekh kh Saadih al-batawi Deden gesit alpino Keturunan Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki. Selepas kewafatan
KH. Masbuhin Faqih – Masbuhin Faqih di lahirkan di desa Suci kec. Manyar Kab. Gresik pada tanggal 31 Desember 1947 Masehi atau 18 Shafar 1367 Hijriyah. Beliau lahir dari pasangan kekasih Al-Maghfurlah KH. Abdullah Faqih dan HJ. Tswaibah. Dari pasangan kekasih tersebut lahir 5 orang anak, 3 orang putra dan 2 orang putri, KH. Masbuhin Faqih merupakan anak pertama yang paling tua. Beliau memiliki silsilah yang mulya dan agung, yakni sampai ke Sunan Giri. Kalau diruntut, maka beliau adalah keturunan ke-12 dari kanjeng Sunan Giri Syeih Maulana Ishaq. Dengan runtutan seagai berikut Syeih Ainul Yaqin Sunan Giri – Sunan Dalem – Sunan Prapen – Kawis Goa – Pangeran Giri – Gusti Mukmin – Amirus Sholih – Abdul Hamid – Embah Taqrib – KH. Muhammad Thoyyib – KH. Abdullah Faqih – dan sampailah pada KH. Masbuhin Faqih. Dengan silsilah yang begitu agung tersbut, tak bisa dipungkiri di dalam diri beliau terdapat ruh dan jiwa seorang ulama yang tangguh dan berjuang tanpa batas waktu seperti embah buyutnya dahulu. Hal ini sesuai dengan Qiyasan santri “Bapaknya Singa maka ank-anaknya pun singa”. Pendidikan beliau sejak kecil di lingkungan yang islami. Mulai dari tingkat MI samapi Mts. Setelah Tsanawiyah beliau melanjutkan studinya ke Gontor, Pondok pesantren Darussalam Ponorogo, Jawa Timur, disanalah beliau memperdalam ilmu bahasa Arab dan Inggris. Setelah lulus dari Gontor beliau ingin memperdalam ilmu lagi, selanjutnya beliau nyantri di PP. Langitan Widang Tuban, yang pada saat itu diasuh oleh KH. Abdul Hadi dan KH. Abdullah Faqih. Di sana beliau memperdalam ilmu kitab kuning, mulai dari Fiqh, Nahwu, Shorof, tauhid, sampai tasawwuf. Proses penggembalaan ilmu di PP. Langitan cukup lama, sekitar 17 tahun belaiu nyantri di sana. Diceritakan bahwasannya sosok KH. Masbuhin Faqih muda adalah pemuda yang giat dan tekun belajar, suka bekerja keras, dan optimis dalam suatu keadaan apapun. Waktu di PP. Langitan beliau banyak melakukan tirakat, seperti memasak sendiri, melakukan ibadah puasa sunnah dan lain-lain. Di sana belaiu juga sempat menjadi khadam pembantu dalem kyai. Hal ini sampai menjadi jargon beliau dalam menasehati santri MBS Mamba’us Sholihin, yakni “nek mondok ojo belajar tok, tapi nyambio ngabdi nang pondok iku”. Dengan penuh keihlasan dan kesabaran, beliau jalani semua kehidupan diatas demi mendapatkan ilmu yang manfaat dan barakah. Ditengah-tengah menimba ilmu di Langitan, teatnya pada tahun 1976 M atau pada saat beliau berumur 29 th, KH. Abdullah Faqih langitan menyuruh kyai Masbuhin untuk berjuang di tengah masayrakat Suci bersama-sama dengan abahnya. KH. Faqih langitan sudah yakin bahwasannya santrinya ini sudah cukup ilmuya untuk berda’wah dan mengajar di masyarakat. Wak demi waktu berlalu, proses berda’wah terus berjalan dan berkembang pesat. Dengan perkembangan itu KH. Abdullah Faqih disuruh untuk membuat pesantren oleh beberapa guru beliau agar proses berda’wah tersebut lancar. Bersama-sama dengan Anak-anaknya mereka mendirikan suatu pondok yang diberi nama PP. At-Thohiriyyah, yang mana dengan filosofi berada di desa Suci. Masbuhin pada waktu itu masih pulang pergi dari langitan ke -Suci. Beliau masih beranggapan bahwa menimba ilmu di langitan belum sempurna kalau tidak dengan waktu yang lama. Inilah salah satu kelebihan beliau, yakni haus akan ilmu pengetahuan agama Islam. Tepat pada tahun 1980 M, beliau sudah mendapat restu untuk meninggalkan pondok pesantren Langitan. Baca Juga KH. Husein Muhammad, Biografi Singkat, Mendirikan Perguruan Tinggi Hingga Mendapat Penghargaan dari Pemerintah AS Dengan itulah beliau sekarang harus berkonsentrasi dalam msngurus PP. At-Thohiriyyah bersama dengan abahnya. Tepat pada tahun ini juga PP. At-Thohiriyyah dirubah menjadi PP. Mamba’us Sholihin, keadaan ini sesuai dengan usulan KH. Usman Al-Ishaqi. Karena nama suatu pondok dirasa mempunyai arti dan harapan yang penting. Perjungan KH. Masbuhin dalam memajukan pondoknya tidak kenal lelah. Setahap demi setahap pembangunan pondok dilakukan, mulai dari komplek sampai sekolahannya. Dengan relasi yang cukup banyak, beliau mampu membuat MBS singkatan dari Mamba’us Sholihin lebih maju baik itu gedungnya maupun kualitas sumber daya manusia di dalamnya.

AbdullahFaqih dan HJ. Tswaibah. Dari pasangan kekasih tersebut lahir 5 orang anak, 3 orang putra dan 2 orang putri, KH. Masbuhin Faqih merupakan anak pertama (yang paling tua). Beliau memiliki silsilah yang mulya dan agung, yakni sampai ke Sunan Giri. Kalau diruntut, maka beliau adalah keturunan ke-12 dari kanjeng Sunan Giri Syeih Maulana Ishaq.

Foto Nama Lengkap Abdullah Faqih Alias Kyai Khos Profesi Tokoh Agama Agama Islam Tempat Lahir Mandungan, Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur Tanggal Lahir Senin, 2 Mei 1932 Zodiac Taurus Warga Negara Indonesia Istri Nyai KhunainahAnak Ubaidillah, Muhammad, Mujib, Hanifah, Mujab, Ma'shum, Abdullah, Abdurrahman, Amirah BIOGRAFI Nama besar KH Abdullah Faqih sangat dikenal di kalangan pesantren Indonesia. Putra dari KH Rofi'i Zahid ini pernah mondok di pesantren al-Hidayat, Lasem, sekitar tahun 1950-an setelah sejak kecil lebih banyak belajar kepada ayahnya sendiri di Pesantren Langitan. Selengkapnya Berita Selengkapnya Foto Selengkapnya
24Ya5.
  • 5058y6a4s7.pages.dev/94
  • 5058y6a4s7.pages.dev/406
  • 5058y6a4s7.pages.dev/76
  • 5058y6a4s7.pages.dev/239
  • 5058y6a4s7.pages.dev/74
  • 5058y6a4s7.pages.dev/526
  • 5058y6a4s7.pages.dev/569
  • 5058y6a4s7.pages.dev/417
  • silsilah kh abdullah faqih langitan